2024/09/28

I just wanna be Happier - icha arunika

 

I just wanna be Happier

(Icha Arunika)



Cr Pics: from pinterest

"Lo nanti lewat sana. Biar gue nanti yang urus ibu itu," terang Kemal. Pria itu menunjuk arah yang ia maksud. Sheila yang notabe-nya adalah 'Pacar' dari laki-laki itu, mengangguk mengerti. Pasar Minggu di pagi ini begitu ramai. Namun, tak masalah bagi mereka 'tuk tetap meneruskan aksi bejatnya. Walau masih duduk di bangku SMA, jangan ragukan lagi kepintaran Kemal. Ia cukup cerdas! "Oke, go!"

Dua sejoli itu berpencar arah, menuju pada target mereka masing-masing. Sheila merenggut tas merah milik ibu-ibu yang tengah melakukan transaksi. Teriakan 'maling' terdengar nyaring ke seluruh penjuru. Gadis itu tak memedulikan, ia langsung melesat cepat meninggalkan tempat kejadian. Sejujurnya ia tak ingin melalukan aksi ini. Ia lakukan karna keadaan.

Waktu kian berjalan, kasih sayang dari orangtua lambat laun memudar. Tahun lalu Ibu Sheila terkonfirmasi mengidap penyakit kejiwaan, sedang ayahnya pergi 'tuk selamanya bersama kekasih barunya.

Pertengkaran dalam rumah kerap kali terjadi. Dimana sang Mama dalam kondisi jauh dari kata sadar, melukai mental dan fisik gadis itu. Akibat ulah Dira sebagai kakak perempuan selalu berlagak layaknya 'Ratu kebenaran', yang selalu berbicara memberi tuduhan tak benar mengenai Sheila pada Mamanya. Ayolah, gadis itu muak dengan semuanya!

"Apa kabar La?", tanya Ian yang merupakan sahabat baik Sheila.

"Gue baik Yan."

"Nyokap lo? Apa lebih membaik keadaan nya setelah terapi?"

Gadis itu tersenyum kecut. Sheila mengediikan bahunya, "Ya begitulah."

"Haii Broo..., Selamat pagii!"

Tiga orang yang duduk nyaman di teras rumah Ian, atensi nya langsung tertuju pada sumber suara. Rupanya Kemal dengan keringat yang bercucur deras melewati pelipisnya, datang. Pemuda itu mendaratkan bobot tubuhnya.

"Gimana, dapat pesangon banyak broo?" tanya Ian.

Kemal mengeluarkan dompet hasil curian nya tadi, menghitung satu persatu lembaran uang merah yang terdapat dalam isi dompetnya. Pria itu tersenyum puas.

"Lumayan Yan! Bisa buat gue beli minuman anggur harem, hahaha...." terang nya dengan dipungkasi tawa.

Aini yang hendak menimpali ucapan Kemal, mengatup rapat kembali bibirnya, kala mendengar sang kakak menyela.

"Haha lo bisa aja! Kalo lo, La?"

"Hhh... alhamdulillah lumayan Yan," ungkap Sheila.

"Ih kalian kok mencuri sih, mencuri kan dilarang oleh agama!" cetus Aini pada akhirnya.

Gadis berkerudung yang masih baru menginjak usia dua belas tahun itu, menatap sinis kearah mereka berdua. "Diem lo anak kecil! gatau apa-apa aja berlagak kaya master dunia," sindir Kemal.

"Mencuri itu perihal dosa kak. Udah gitu kakak mau mengkonsumsi Wine yang mengandung alkohol. Siksa Kubur dan Neraka itu nyata ada nya kak, emangnya kakak tidak takut?!"

"Urusan gue, jangan ikut campur!"

"Tapi kan kak"

Gadis itu hendak melanjutkan perdebatan nya dengan Kemal, namun Ian sebagai sang kakak melerai keduanya.

∆∆∆

Jarum jam tangan milik Sheila kini menunjukkan pukul 20.30 WIB. Kini gadis itu ditemani dengan Kemal tengah melakukan kencan malam minggu, di sebuah Pasar Sore yang ada di kota mereka. Pemuda itu nampak memanjakan Sheila. Mengajak nya menaiki wahana komedi putar, memainkan sebuah permainan yang dihadiahi oleh boneka kuda poni yang ia hadiahkan untuk Sheila, membelikan es krim Vanilla favorit kekasihnya.

Benar-benar malam minggu yang istimewa bagi Sheila!

"Gue pamit ke toilet dulu, kamu tunggu disini," ucap Kemal.

Gadis yang tengah menikmati es krim Vanilla itu mengangguk, "Ya jangan lama-lama."

Sepuluh menit menunggu, siluet pemuda berkemeja merah itu kembali.

Setelah membuka obrolan kecil, pemuda itu bertekuk lutut mengeluarkan cincin emas permata. Lalu ia kaitkan pada jari manis kekasihnya.

"To my queen, in this beautiful night."

Deg.

Sheila tersenyum manis.

"Thanky", gadis itu menarik kembali ucapannya saat sorak suara ramai terdengar, menuju pada arah mereka.

"WOII DISINI LO!" tunjuk salah satu pengunjung disana.

"Kemana dia?" tanya salah salah satu bapak pada seorang wanita paruh baya yang berada dalam gerombolan massa itu.

"Itu pak yang memakai kemeja merah!"

Salah seorang Bapak yang berpostur tinggi mulai berlari menuju kearah dua sejoli itu. Kemal panik bukan main, ia langsung menarik tangan Sheila, pergi meninggalkan tempat.

"WOII MALING!!"

Kemal membawa kekasihnya ke tempat parkir. Pelipis Sheila mengeluarkan keringat, nafasnya terengah. "Kita mau kemana Mal?!"

Kemal tak menggubris, ia memakai helm-nya, lalu mencoba menyalakan mesin motornya. Segerombolan massa itu semakin mendekat kearah mereka.

"Gue pamit, kamu urus dirimu sendiri!" Setelah mengatakan itu, Kemal melesat cepat meninggalkan kekasihnya.

"MAL, LO MAU KEMANA?!"

Jarak warga dengan Sheila kini sudah dekat. Mereka mengepung dan menghajar habis-habis an gadis itu. Cincin permata yang bertengger di jari manisnya, dicabut paksa oleh salah satu diantara mereka. Gadis itu tertunduk lemas tak berdaya. Luka membiru menghiasi kulit sawo matangnya. Butiran air melintasi pipi gadis itu.

Brengsek lu mall!

∆∆∆

"Saudari Sheila Putri, ada yang berkunjung. Mari saya hantarkan," ujar ibu polisi yang bertugas menjaga disana, lembut.

Dengan posisi tangan diborgol, Sheila mengikuti langkah ibu itu.

Terlihat Kemal dengan wajah berseri berdiri dengan tegap, dibersamai oleh wanita cantik bertubuh elok disampingnya. Menggandeng erat lengan Kemal.

Hal itu membuat dahi Sheila mengernyit. Who is she?

Sheila berdiri dihadapan Kemal, sedang ibu penjaga tadi memutuskan menjaga dari belakang, membiarkan mereka berdua menjalin komunikasi sembari memantau dari jauh.

"Kita putus." terang Kemal, santai.

Deg.

Sheila mendelik, tak percaya. Bukan tanya kabar atau salam sapaan hangat, hal yang dikatakan Kemal benar-benar diluar dugaan. Apa maksud dari perkataan itu?

"Putus? Kamu sadar mall?! Apa ini bahasa cinta mu? kamu bilang you very love me, and no"

Kalimat Sheila disela oleh gadis berpakaian mini yang berdiri disebelah Kemal.

"Lo tidak pernah dicintai oleh Kemal. Jadi berhenti berimajinasi tinggi deh, karna mulai saat ini I'm. the queen. of this man. Bukankah begitu, sayang?" ujarnya penuh penekanan.

Gadis itu melirik Kemal sekilas. Pemuda itu membelai lembut dagu gadis yang baru saja bicara itu, "Of course darling."

Mata Sheila memerah, tak percaya. Ia menelan salivanya.

"Mall kamu pasti bercanda, 'kan? Ga-ga, ga mungkin kamu hianatin aku. This is not your game right?!"

Kemal memberi kode melalui lirikan retina nya pada kekasih barunya. Wanita itu menyeringai, lalu membelai halus pipi Sheila yang terdapat banyak lebam disana. Ia memasang wajah sok kasihan yang ditujukan pada Sheila. "Cup-cup-cup, gadis malang. Kamu itu cuma boneka, bukan manusia yang Kemal cintai. Kamu sih, bodoh! jadi suka 'kan Kemal."

Sheila berusaha menghindar wanita dihadapan nya itu. Benih crystal siap untuk jatuh, namun sebisa mungkin ia tahan. Kemal maju selangkah lebih dekat dengab Sheila.  Pemuda itu mencengkram kasar dagu milik mantan kekasihnya itu.

"Camkan ini, boneka. Gue, ga pernah sayang sama lo! Lo, bodoh. Dan gue suka dengan permainan ini. Haha..., Sekarang gue dah ga butuh sama lo, harta kekayaan papi sekarang udah jatuh ditangan gue. Tanpa mencuri pun, gue dah bisa memenuhi kebutuhan gue."

Dengan nada rendah, Kemal melanjutkan pembicaraannya.

"Gimana salam perpisahan gue, indah banget 'kan? So selamat menikmati masa hukuman nya mantan, Haha...."


Pemuda itu melepas cengkraman nya. Raut muka Sheila menahan amarah.

"Ayo kita bermain-main sayang," ajak Kemal sembari merangkul mesra bahu kekasih barunya. Wanita itu melambaikan tangan-nya didepan Sheila. "Bye-bye mantan, haha...."

Sheila berontak. Ia berusaha melepas rantai yang mengikat tangan nya.

"SETAN LO, KEMAL!!"

∆∆∆

Rona abu-abu menyelimuti langit. Gadis berambut panjang itu berdiri di jembatan tua tanpa dinding pembatas yang berdiri diatas hamparan sungai.  Masa hukuman nya di balik jeruji besi sudah habis. Kini ia dibebaskan.

"Gue sama Mama ga sudi tinggal bareng pencuri, kayak Lo!"

Bayangan kejadian menusuk dada tadi berlalu-lalang pada benaknya. Gadis itu tak mempunyai siapa-siapa 'tuk berpulang. Mama dan Kak Dira mengusirnya , Kemal sang kekasih hatinya, mengkhianti. Lantas Siapa yang dapat menjadi tumpuan hati, kala semesta tak lagi baik? Gadis itu hanya ingin menjadi lebih bahagia.

Ia menatap nanar air yang mengalir deras di bawahnya.

"Jika mengakhiri hidup akan membawa ku pada kedamaian tanpa penderitaan, semesta izinkan aku. Aku hanya ingin bahagia," monolog Sheila.

Gadis itu merentangkan kedua tangan, melangkah siap 'tuk terjun ke arah sungai deras. Selangkah lagi Sheila maju, tubuh gadis itu sudah setengah terhuyung menuju kearah sungai. Tangan kanan yang melayang, seperti terasa ada yang menautkan nya.

Deg.

Seseorang menggagalkan aksi Sheila. Ditariknya tubuh bongsor gadis itu pada pelukannya.

"Lo gilaaa!?" ujar laki-laki itu.

Sheila tak kuasa menahan deritanya, ia menangis mencurahkan segala rasa yang mengiris jiwa nya.

"Kak Sheila baik-baik saja?" tanya gadis berkerudung coklat itu, mendekati keduanya.

Sheila menggeleng kecil dibalik dekapan Ian, sahabatnya. Mengisyaratkan bahwa ia jauh dari kata baik-baik saja.

"Gue capek, Yan! setidaknya hiks izinkan gue menghentikan alunan nafas ini, ga ada yang hiks harepin gue ada disini. Gue pengen bahagia-- gue pengen mati...."

Ian melepaskan pelukan nya lembut pada gadis itu. "Cara lo yang salah, La!"

Ia menuntun gadis itu 'tuk menepi. Membawanya duduk dibawah pohon rindang, berharap kondisi gadis itu jauh lebih tenang.

"Aini, menurut kamu apa definisi dari kebahagiaan? Kak Ila hanya ingin lebih bahagia," tanya Sheila setelah menenggak setengah botol air yang Aini sodorkan barusan. Ia tersenyum.

Aini membalas senyum manis Sheila.

"Wajahmu selalu berseri setiap harinya. Seperti tiada beban," lanjut Sheila.

∆∆∆

"Shadaqallahul Adzim...."

Gadis yang tengah memakai mukenah berwarna merah muda itu, menutup Al-qur'an nya. Kemudian memeluk hangat Kitab suci itu. Ia membatin,

Ya Allah, terimakasih banyak sudah menunjukan Sheila jalan petunjuk-Mu. Disaat hamba benar-benar kehilangan segala hal dalam hidup hamba, bahkan Mama seperti tak lagi menginginkan Sheila, namun kehadiran-Mu membuat jiwa hamba tentram Ya Allah, Sheila merasa tak sendirian lagi. Kemal yang engkau jauhkan dari hamba, ternyata sejatinya juga memang tak baik.

Gadis itu tersenyum. Buliran air luruh dari retinanya. Ia teringat penjelasan dari gadis mungil berkerudung, satu tahun yang lalu.

"Kebahagiaan yang sejati itu ada disini kak" Tangan gadis itu menunjuk pada letak dadanya.

"Dari hati kita, yang dipenuhi oleh nama-nama Allah SWT. Bahagia adalah ketika kita bisa menjalankan visi dan misi kehidupan yang sudah tuhan tentukan untuk kita, sebagai manusia yang bertuhan. Intinya nih Kak Ila kata Ustadzah nya Aini, 'kunci kebahagiaan' itu adalah ketika kita yakin dan percaya kepada Allah SWT," pungkas gadis berkerudung itu dengan senyuman.

Sheila Putri Dealova, baginya 'tuk menjadi lebih bahagia tak serumit itu. Dengan petunjuk dan hidayah yang Tuhan anugerahkan, gadis itu berhijrah dan mendapat banyak wujud kebaikan serta membawa nya pada kebahagiaan yang sesungguhnya.

"Happines is simple," monolog gadis itu sembari mengakhiri rutinarasnya membaca Al-qur'an.

The end.



Cinta Pertama Nadhira

Hari itu langit dipenuhi oleh rona kegelapan. Pertanda malam datang. Jam dinding menunjukkan pukul 20.00 WIB. Sepasang suami-istri tengah be...